Balinews.id – Kementrian Kesehatan (Kemenkes RI) meningkatkan kewaspadaan dalam 2 pekan terakhir setelah WHO menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia. Penyakit ini masih misterius.
Ahli menjelaskan, belum ada penyebab pasti munculnya hepatitis akut sejak 15 April. Media penularannya pun masih misterius. Guru Besar UI sekaligus eks Direktur WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama pun mengaku belum bisa memberikan penjelasan lebih apakah hepatitis ini bisa ditularkan anak ke orang dewasa.
“Sejauh ini belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang cara penularan hepatitis yang sekarang ini,” kata Tjandra yang dilansir Balinews.id dilaman Kumparan pada Senin (9/5). Tjandra yang juga eks Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes ini menyebut, penelitian terus dilakukan oleh ahli dunia. Sebab, kasus masih ditemukan di sejumlah negara.
Lantas, apakah hepatitis akut ini berpotensi menjadi pandemi berikutnya setelah COVID-19?
“Cara penularannya saja masih diteliti. Termasuk bisa menular lewat udara atau tidak,” tutur Tjandra. Sebelumnya, dokter anak hanya menjelaskan, hepatitis akut ini menular lewat saluran napas. Maka protokol kesehatan yang berlaku selama ini, yakni pemakaian masker, mencuci tangan, dan menjaga kebersihan wajib terus dilakukan.
“Memastikan makanan atau minuman yang dikonsumsi itu matang dan tidak alat-alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak anak-anak kita dari orang yang sakit agar anak-anak kita tetap sehat,” kata Dr. Hanifah Oswari, dokter spesialis penyakit anak RSCM, dalam konferensi pers daring di Youtube Kemenkes, Kamis (5/5). (am)