Balinews.id

3 Fakta Dibalik Peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945

BaliNews.id– Sehari sebelum hari kemerdekaan, golongan muda membawa Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.Tepatnya pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB.

Perkumpulan golongan muda itu terdiri atas Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh. Mereka ‘menculik’ Soekarno dan Hatta tak lain untuk mendesak keduanya agar mempercepat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanpa melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Padahal, Soekarno, Hatta, serta tokoh-tokoh lainnya berencana melaksanakan proklamasi melalui PPKI.Golongan muda menganggap PPKI sebagai badan buatan Jepang, sehingga tidak ingin melakukan Proklamasi melalui PPKI.

Akhirnya terjadilah peristiwa ‘penculikan’ Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, yang kemudian dikenal dengan nama Peristiwa Rengasdengklok.

Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta disembunyikan ke rumah seorang Tionghoa bernama Djiaw Kie Siong, yang berdekatan dengan markas Tentara Sukarela Pembela Tanah Air (PETA).

Untuk mengenang sejarah Peristiwa Rengasdengklok sekaligus memperingati HUT ke-75 RI, TribunTravel telah merangkum 3 fakta peristiwa Rengasdengklok.

  • Lokasi Rengasdengklok Jauh dari Jakarta 

Bukan tanpa alasan Rengasdengklok yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat, dipilih oleh golongan muda. Berjarak sekitar 81 kilometer dari Jakarta, Rengasdengklok dianggap sebagai tempat yang aman untuk menyusun rencana kemerdekaan.

Tak heran, karena memang Rengasdengklok jauh dari jangkauan pengawasan tentara Jepang, yang saat itu sudah mengetahui adanya rencana yang akan dilakukan Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok terjadi di sebuah rumah di Kampung Bojong, Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.Tempat tersebut berjarak sekitar 15 kilometer dari jalan utama, yang merupakan bagian dari Jalan Pantura.

Sehingga jika tentara Jepang datang, anggota PETA bisa menghadangnya. Selain jauh dari Jakarta dan jalan utama, Rengasdengklok dipilih berdasarkan perhitungan militer.

 Saat itu, anggota PETA Purwakarta dan Jakarta memiliki hubungan erat sehingga bisa saling memberi informasi jika ada pergerakan Jepang.

  • Rumah Djiauw Kie Song Menjadi Saksi Sejarah 

Bertempat di pinggiran Sungai Citarum, rumah Djiauw Kie Siong merupakan saksi bisu sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Rumah itu juga ditinggali oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr.Sutjipto, Fatmawati, Guntur Soekarnoputra, dan lainnya selama tiga hari, pada 14-16 Agustus 1945.

Djiauw Kie Siong merupakan seorang petani Tionghoa yang rumahnya dijadikan tempat ‘diculiknya’ Soekarno dan Hatta oleh golongan muda. Selain itu, Djiauw Kie Siong merupakan anggota PETA. Rumah tersebut dipilih lantaran tidak terlalu mencolok dan lokasinya cukup tersembunyi.

Saat Soekarno dan Hatta tiba di rumah Djiauw Kie Siong, ia dan keluarganya keluar dari rumah agar Soekarno dan Hatta bisa menyusun naskah Proklamasi.

  • Rumah Djiauw Kie Song Dipindah sebelum jadi Monumen Kebulatan Tekad 

Hal itu karena adanya luapan lumpur dan erosi dari Sungai Citarum.Kendati demikian, bagian rumah dan ruang tamu masih asli, tidak banyak berubah seperti aslinya.

Bahkan, dua buah kamar yang dulu digunakan oleh Soekarno dan Hatta masih dipertahankan dari bentuk aslinya.Kini, bangunan bersejarah tersebut terletak di RT 1 RW 9 Kampung Kalijaya, Rengasdengklok, Kabupaten Karawang.

Dengan luas sekitar 1.500 m2, Monumen Kebulatan Tekad dulunya merupakan markas PETA, yang lokasinya tak jauh dari Rumah Djiaw Kie Siong.Dibangun pada 1950, monumen ini sempat dipugar dan diperkaiki oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang pada 1984.

(ab)