Balinews.id – Jembatan Tukad Buleleng atau disebut juga Jembatan Ex-Pelabuhan Buleleng ini dibangun pada masa penjajahan Belanda yang digunakan sebagai penghubung wilayah Kampung Bugis menuju kampung Tinggi Jembatan yang dibangun diatas sungai Tukad Buleleng ini menjadi saksi bisu bagaimana Pelabuhan Buleleng menjadi akses masuk dan keluar Pulau Bali pada jaman kolonial, terpatnya sebelum ibu kota Provinsi Bali pindah ke Bali Selatan (Kota Denpasar).
Jembatan Tukad Buleleng dikenal angker dan sering dijadikan tempat untuk melaksanakan sesangi. Jembatan ini juga diyakini merupakan Pelintasan Banaspati Raja. Konon katanya pengendara yang tak pernah menghaturkan sesajen dan berani berbuat tidak senonoh, akan diberi peringatan oleh penunggu jembatan ini.
Di balik keangkerannya itu, penguasa jembatan ini dikenal bares. Pasalnya banyak krama yang memohon dengan tulus, tercapai keinginannya. Itu terbukti banyaknya krama yang membayar sesangi dengan mengahturkan pajeng, kain putih kuning, bahkan sampai babi guling pada pelinggih yang berada pada jembatan tersebut. Di jembatan ini terdapat dua buah palinggih yang diyakini sebagai tempat berstananya penguasa jembatan ini.
Dahulu di sebelah selatan jembatan, merupakan bekas lokasi kuburan. Sementara itu di sebelah utara jembatan, terdapat jurang dengan kedalaman kurang lebih sekitar 50 meter. Di bawah jurang terdapat sebuah palinggih yang dikenal sangat angker karena diyakini sebagai perkampungan makhluk halus sejenis Wong Samar, Memedi, dan lainnya.
Kesan mistis dan angker juga didukung oleh kondisi jembatan yang sudah tua karena dibangun pada masa penjajahan. Jika kamu melewati jembatan ini, disarankan untuk tak berlama-lama melihat ke dasar sungai, karena kekuatan magis dari dasar sungai ini mampu menyedot dan menarik pikiran seseorang, sehingga jatuh ditarik kekuatan magis itu.
Di sebelah barat jembatan terdapat sebuah batu dihiasi kain poleng yang dipercaya sebagai tempat berkumpulnya mahluk-mahluk ghaib. Di sekitar lokasi batu ini terdapat pohon kayu sonokeling sebagai tempat bermainnya para rarencang Ida Bhatara yang berstana di Palinggih yang ada di sebelah barat jembatan.
Percaya atau tidak, banyak terjadi peristiwa mengejutkan, seperti kecelakaan tanpa sebab yang pasti. Di samping memang terkenal sangat angker, kondisi jalan yang tidak memungkinkan ini karena curam dan ekstrem, juga menjadi penyebab seringnya terjadi kecelakaan, terutama pada musim hujan karena kondisi jalan yang sangat licin.
Jadi, selain menghormati kepercayaan masyarakat sekitar kamu harus juga senantiasa untuk berhati-hati terhadap medan yang akan kamu lalui agar sampai dengan selamat di tujuan.
Dirangkum dari berbagai sumber.