Balinews.id

Menyingkap Sekte Sesat Penyebab Kematian Seratus Orang di Kenya

Menyingkap Sekte Sesat Penyebab Kematian Seratus Orang di Kenya (sumber foto: ABC News)

Balinews.id – Kenya, salah satu negara yang berada di kawasan timur Afrika ini belakangan jadi sorotan dunia. Bagaimana tidak, tak kurang dari 109 Mayat ditemukan di sebuah lubang di Hutan Shakahola di daerah Kilifi, Kenya. Mayat – mayat ini merupakan korban dari sebuah sekte sesat yang dipimpin oleh Paul Mackenzie Nthenge.

Bagaimana bisa anggota sekte tersebut meninggal? dilansir dari BBC News, pemimpin sekte tersebut mendoktrin anggotanya untuk mejalankan ritual kelaparan bersama demi bertemu Tuhan.

Pemimpin sekte ini, Mackenzi Nthenge mendorong agar anak-anak dan orang lajang (bujang) untuk mati lebih dulu diikuti oleh wanita dan kemudian pria. Sedangkan ia dan keluarganya akan jadi yang terakhir pergi menuju kematian.

Korban sekte sesat yang berhasil selamat (sumber foto: https://health.detik.com)

Benar saja, dari hasil  pencarian yang dilakukan oleh pihak berwenang menemukan hampir separuh dari total korban adalah anak-anak di kuburan massal hutan Shakahola. Terdapat 39 orang yang selamat dari kematian, namun mereka bersembunyi di semak-semak. Beberapa menolak makanan dan air yang ditawarkan, bersikukuh untuk melanjutkan puasa hingga mati. Beberapa korban selamat juga ditemukan tinggal di rumah berdinding lumpur di dalam peternakan, kebanyakan dari mereka yang tidak dapat berjalan atau berbicara.

Kasus ini kemudian dijuluki sebagai ‘Pembantaian hutan Shakahola’. Menanggapi jumlah jenazah yang ditemukan terus bertambah, Presiden Kenya William Ruto berjanji bakal membongkar jaringan sekte itu. Ruto juga mengatakan sekte ini bisa dikategorikan sebagai aksi kejahatan serius sehingga Nthenge bisa dituntut menggunakan pasal terorisme.

Sosok Paul Mackenzie Nthenge

Sumber foto: dunia.rmol.id

Mackenzie Nthenge dan istrinya Joyce Mwikamba, mendirikan gereja pada tahun 2003 sebagai pusat penginjilan kecil. Ketika gereja mulai berkembang, pasangan tersebut memindahkannya ke desa Migingo di Malindi. Tak lama kemudian, ia kembali memindahkan gerejanya ke Shakahola pada Agustus 2019 dengan alasan perlu memulai hidup baru.

Enam tahun yang lalu sebenarnya Mackenzie pernah didakwa dalam kasus penyebaran ajaran sesat. Ia tersandung berbagai kasus, termasuk penelantaran anak dan radikalisasi. Dia dibebaskan dari beberapa tuduhan, sementara dakwaan lain disetop atau tak ditindaklanjuti karena alasan yang tidak dijelaskan, menurut catatan pengadilan Kenya.

BACA JUGA Ngeri! The Satanic Temple Gelar Pertemuan Pemuja Setan Terbesar di Dunia

Mungkin kamu penasaran mengapa ia bisa bisa dipercaya kembali oleh anggotanya dalam memberikan khotbah? Salah satu cara Mackenzie Nthenge mengumpulkan pengikut sekte adalah dengan meyakinkan jemaatnya bahwa dia memiliki kemampuan untuk berbicara langsung kepada Tuhan. Mackenzie memanipulasi penduduk setempat melalui ajaran agama ekstrem yang menyimpang.

Pada tahun 2017 atas tuduhanradikalisme setelah mendesak keluarga di Kenya untuk tidak menyekolahkan anak mereka, ia mengatakan bahwa pendidikan di sekolah tidak diakui oleh Alkitab. Diketahui juga, Mackenzie Nthenge memiliki lagu Injil yang diberi nama Antikristus di mana dia mengklaim bahwa Gereja Katolik, AS, dan PBB adalah agen Setan.

Kejahatan yang dilakukan tak hanya itu. Awal tahun ini, dia memaksa jemaahnya untuk menjual semua yang mereka miliki, lalu menyerahkan uang hasil penjualan itu kepadanya, dan memaksa mereka untuk melakukan puasa sampai mati kelaparan agar bisa bertemu Tuhan.

Sementara pengikut gereja mati kelaparan, pendeta itu justru makan dengan normal dan tinggal bersama keluarganya di kompleks yang terjaga keamanannya di Migingo. Kejahatan tersebut terungkap setelah adanya laporan orang hilang setelah mengikuti gereja pimpinan Mackenzie Nthenge.

 

BACA JUGA Viral! 3 Sekte Sesat yang Pernah Muncul di Indonesia