Balinews.id

Mengenal Hari Pegatwakan, Rangkaian Hari Terakhir Hari Raya Galungan dan Kuningan

Balinews.id – Secara etimologi pegatwakan atau pegat warah berasal dari kata pegat dan wakan atau warah. Pegat artinya putus, dan wakan atau warah berarti bicara. Pegatwakan atau juga ditulis sebagai Pegat Uwakan merupakan hari raya umat Hindu yang jatuh pada Budha Kliwon Wuku Pahang atau pada setiap 210 hari (6 bulan sekali). Pegatwakan dilakukan pada hari ke 35 setelah Hari Raya Galungan. Hari Pegatwakan ini menandakan berakhirnya seluruh rangkaian Galungan.

Selesainya seluruh rangkaian Galungan, maka hari ini selesai pula memusatkan renungan untuk mengekang pikiran, tetapi tetap membatinkan renungan suci dan meningkatkan kesadaran diri.

Pada hari ni biasanya umat Hindu akan mencabut penjor yang telah dipasang di depan rumah ketika Hari Penampahan Galungan lalu. Kemudian bahan-bahan yang terpasang di penjor akan dibakar dan abunya dimasukkan dalam klungah nyuh gading yang telah dikasturi.

Setelah itu klungah nyuh gading tadi kemudian ditanam di tengah-tengah halaman rumah. Hal itu diyakini sebagai symbol kekuatan hidup atau pikukuh jiwa urip.

Dalam Lontar Sundarigama dijelaskan sebagai berikut.

Pahang, Buda Kliwon Pegatwakan, ngaran, pati warah panelasning mengku, biana semadi, waraning Dungulan ika, wekasing perelina, ngaran kalingan ika, pakenaning sang wiku lumekasang kang yoga semadi,

umoring kala ana ring nguni, saha widi-widana sarwa pwitra, wangi-wangi, astawakna ring sarwa dewa, muang sesayut dirgayusa abesik, katur ring Sang Hyang Tunggal, panyeneng tatebus.

Artinya:
Pada Buda Kliwon Pahang adalah Hari Raya Pegatwakan, ini dikatakan sebagai hari berakhirnya tapa brata.

Sang wiku patut melaksakana renungan suci dengan sarana wangi-wangian dan sesayut dirgayusa yang dipersembahkan pada Sanghyang Tunggal dengan dilengkapi penyeneng dan tetebusan.

Semoga artikel ini dapat menambah wawasan dan buat kamu jadi Makin Tahu Indonesia yah! (*)