Balinews.id -Kondisi raksasa bank investasi, Credit Suisse, tengah menjadi sorotan dan sedang tidak baik-baik saja. Bahkan sejumlah pihak menilai Bank tersebut berada dalam ambang kebangkrutan. Kekhawatiran pasar terhadap potensi gagal Credit Suisse tercermin dari selisih atau spread credit default swap (CDS) bank yang meroket. CDS merupakan kontrak pertanggungan yang diberikan jika terjadi gagal bayar atas suatu utang.
Kondisi tersebut membuat khawatir akan potensi Credit Suisse untuk mengikuti jejak Lehman Brothers, raksasa jasa keuangan asal AS yang bangkrut pada 2008, yang pada akhirnya memicu krisis finansial global pada tahun yang sama. Namun, Credit Suisse yang telah berdiri sejak tahun 1856 sudah terlalu besar saat ini untuk dibiarkan gagal. Otoritas keuangan Uni Eropa diproyeksi turun tangan untuk menyelesaikan masalah bank investasi tersebut.
Adapun pada Juli 2022 lalu perusahaan mengumumkan untuk meninjau strategi keduanya dalam setahun dan mengganti kepala eksekutif untuk memangkas investasi lebih dari USD 1 miliar. Di mana, saat ini Credit Suisse sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk mengurangi investasinya menjadi bisnis yang ringan modal dengan mengevaluasi opsi strategis untuk produk sekuritisasi. Tak hanya itu, Credit Suisse sempat dilaporkan sedang mencari investor untuk mendapatkan uang tunai baru sebagai upaya perbaikan kinerja.