BaliNews.id-Nusa Penida termasuk wilayah di Provinsi Bali yang paling terdampak pandemik COVID-19. Pariwisata yang berkembang di wilayah itu lumpuh total. Warga yang awalnya menggantungkan pariwisata, kini kembali menggarap sektor pertanian dan perikanan.
Kondisi pandemik ini ternyata menjadi momentum bagi warga Nusa Penida untuk berinovasi dalam sektor pertanian dan perikanan. Misalnya mengembangkan komodoti baru, atau berinovasi pada teknik pengembangan komoditi agar lebih produktif.
Dari sektor kelautan, kini juga tengah dikembangkan kerang abalone di Nusa Lembongan. Demplot dilaksanakan di area pertanian rumput laut warga di Desa Lembongan.
“Kerang abalone ini komoditi yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Juga sebagai pengendali hama bagi pertanian rumput laut,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Kelautan Klungkung, I Dewa Ketut Sueta Negara.
Demplot dilakukan untuk mengembangkan komoditi. Apalagi kerang abalone selama ini sering menjadi menu mahal di restoran dan digemari oleh wisatawan Tiongkok maupun Korea.
“Ke depan, arah kami sektor pertanian dan perikanan menjadi lokomotif dari pariwisata, bukan sebaliknya,” harapnya.
Semoga pengembangan dan inovasi komiditi ini dapat memberikan penghidupan baru bagi warga Nusa Penida di tengah pandemik berkepanjangan.
Sebelum pariwisata berkembang, pertanian rumput laut menjadi mata pencaharian sebagian besar warga Nusa Penida. Khususnya warga di sekitar pesisir Desa Batununggul, Desa Ped, hingga Pulau Lembongan.
Semenjak Nusa Penida jadi jujugan pariwisata nasional dan internasional, banyak warga mulai meninggalkan budidaya rumput laut. Namun vakumnya pariwisata karena pandemik, membuat warga kembali menekuni rumput laut.
Para petani mulai melakukan berbagai inovasi untuk menambah produktivitas hasil rumput lautnya. Seperti yang dilakukan oleh penggiat pertanian di Nusa Penida, I Wayan Sukadana, bersama rekan-rekannya.
“Kami sebagai petani berusaha menciptakan metode baru dalam budidaya rumput laut, yakni Si Jarko Apung, atau sistem jaring kotak apung. Tujuannya tentu meningkatkan produktivitas hasil rumput laut petani,” ungkap Sukadana ketika diwawancara, Selasa (17/8/2021) lalu.
Metode Si Jako Apung ini juga untuk meminimalisir dampak dari panyakit ice-ice, yang kerap menurunkan produktivitas petani rumput laut di Nusa Penida.
(ab/idn)