
Barong landung (sumber foto: Flickr/Bayu Mahardika)
Balinews.id – Diceritakan padazaman Bali kuno, Bali dipimpin oleh seorang Raja bernama Sri Jaya Pangus Harkajalancana. Jaya Pangus disebut sebagai keturunan penguasa terkenal Airlangga dan masuk dinasti Warmadewa. Pada masa kepemimpinannya agama Hindu berkembang pesat dan rakyat Bali hidup makmur.
Saat itu, banyak pendatang dari wilayah utara berdatangan ke Bali, salah satunya adalah keluarga pedagang Tionghoa yang bermarga Kang. Mereka datang ke Bali untuk berdagang. Keluarga tersebut memiliki seorang putri yang bernama Putri Kang Cing Wie.
Sri Jaya Pangus terpesona dengan Putri Kang Cing We sehingga mereka pun menikah. Namun, salah seorang Rsi penasehat Raja menganggap pernikahan ini tak boleh dilaksanakan karena akan menyebabkan malapetaka. Sri Jaya Pangus tak menghiraukan nasehat sang Rsi.
Setelah bertahun-tahun menikah Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie tak kunjung dikarunai seorang anak. Sehingga Raja memutuskan pergi meninggalkan kerajaan untuk mencari pencerahan.
Ketika Sri Jayapangus bermeditasi di kaki Gunung Batur, ia bertemu dengan Dewi penguasa Danau Batur, yakni Dewi Danu. Sri Jayapangus terkesima melihat kecantikan Dewi Danu, ia mengaku masih bujang dan menikahi Dewi Danu.
Kang Cing We kemudian mencoba mencari Sri Jaya Pangus yang tak kembali bertahun-tahun lamanya sejak kepergiannya bertapa. Kang Cing We berkelana hingga tiba di tepi danau Batur. Ia kaget ketika melihat Raja Sri Jaya Pangus dan Dewi Danu yang sedang bermesraan. Melihat hal itu, Kang Cing Wie merasa sakit hati, lalu mencaci maki Dewi Danu.
Dewi Danu murka, ia tak tahu bahwa sang raja sudah beristri. Saang Dewi yang merasa tertipu dan sangat terhina, berubah wujud menjadi sosok menyeramkan bagaikan Durga, ia mengerahkan seluruh mahkluk halus penghuni Danau Batur untuk menyerang Kang Cing Wie.
Melihat hal itu, Sri Jayapangus memohon ampun kepada Dewi Danu. Namun, kemarahan Dewi Danu tidak bisa dihentikan. Dengan kekuatannya Dewi Danu menghanguskan kedua pasangan itu menjadi abu.
Berita tentang meninggalnya Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie menyebabkan kesedihan bagi rakyat Kerajaan Balingkang. Dewi Danu pun akhirnya sadar dan merasa kasihan dengan rakyat Balingkang. Dewi Danu kemudian menitahkan mereka agar membuat sepasang arca lelaki dan perempuan sebagai simbol pemimpin mereka, serta mencampurkan abu Sri Jayapangus dan Kang Cing Wie ke arca tersebut. Arca inilah yang hingga kini disebut sebagai Barong Landung.
Sementara itu, Dewi Danu yang menyadari kesalahannya pergi dari Gunung Batur bersama anaknya, Mayadenawa menuju ke Desa Pinggan tempat tinggal Putri Kang. Kemudian dibangunlah Pura Dalem Balingkang yang merupakan salah satu Pura Kahyangan Jagat.
Di Pura Dalem Balingkang juga dibangun Palinggih Ratu Ayu Mas Subandar yang diambil dari nama Bali orang tua Putri Kang. Bangunan suci tersebut dibangun untuk memuliakan Putri Kang Cing Wie. Biasanya, sosok pasangan Barong Landung akan mucul saat piodalan dan sering disebut sebagai penolak bala. (*)