Balinews.id

Tradisi Unik Di Daerah Klungkung Bali, Yaitu Tanpa Adanya Ogoh-ogoh

Tradisi (Foto : kulkulbali.co)

Balinews.id – Ogoh-ogoh merupakan festival umat hindu yang dirayakan setiap 1 tahun sekali dan disambut dengan hari raya Nyepi keesokan harinya. Namun tahukah kamu? Ada desa yang tidak merayakan Ogoh-ogoh. Salah satunya Banjar Gelogor, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung.

Masyarakat di Banjar Gelogor tidak pernah membuat ogoh-ogoh, namun masyarakat memiliki tradisi yang disebut Mebubu atau lebih dikenal dengan Mebuwu-buwu.
Menurut masyarakat setempat, awalnya pernah membuat ogoh-ogoh, namun setelah di arak ogoh-ogoh tersebut hidup.

Akhirnya ogoh-ogoh tersebut di-prelina atau dibakar, untuk menghilangkan roh jahat yang ada di badan Ogoh-ogoh tersebut. Sejak kejadian itu masyarakat Banjar Gelogor tidak pernah lagi membuat ogoh-ogoh.

Mantan Bendesa Adat Gelogor I Wayan Supadma menceritakan, setelah kejadian tersebut, di Banjar Gelogor terjadi bencana yaitu gerubug atau warga meninggal dunia secara bergantian dan terus menerus.

Pada saat musibah tersebut, Mangku Dalem mendapatkan pawisik atau tanda di banjar tersebut harus dilaksanakan Laba Desa. Laba desa yang dimaksud proses mebuwu-buwu untuk menghilangkan buta kala atau sifat negatif.

Setelah dilaksanakannya proses mebuwu-buwu, gerubug yang melanda banjar Gelogor hilang.
Proses yang harus dilakukan untuk menghilangkan bencana tersebut, yaitu dengan banyak cara, dari pembuatan bubu, mempersembahkan anak sapi hingga sarana dan prasarana dalam upacara.

Bubu adalah danyuh atau daun kelapa kering yang diikat menjadi satu hingga menyerupai batang kelapa.

Selain itu, godel atau anak sapi yang dijadikan persembahan saat upakara tidak boleh sembarangan. Dalam pemilihan godel hanya diketahui Mangku Dalem dengan mendapatkan pawisik atau tanda lewat mimpi. (*)