Balinews.id – Dulu pasaran batu bata Tulikup sangat bagus, namun pasaran sempat menurun karena isu cepat senawanan (kropos). Isu tersebut bisa dijawan dan terbukti bata tulikup tidak cepat senawan, asalkan cara pemasangannya benar. Hal itu diungkapkan salah satu pemborong asal Desa Tulikup, I Gusti Ngurah Winata, Senin (19/12).
Lebih lanjut dikatakanya, pemasaran Bata Tulikup naik turun. Pada saat pandemi Covid-19, pengrajin bata Tulikup mengalami masa sulit. Banyak warga yang beralih menjadi pengrajin batu bata, karena kehilangan pekerjaan. Karena semakin banyak pengrajin, maka stok banyak, sedangkan tidak ada penjualan.
“Karena semakin banyak pengrajin, stok jadi banyak. Namun, tidak ada penjualan, sehingga barang menumpuk, bahkan ada yang sampai lumutan,” jelasnya. Karena itulah, selaku tokoh masyarakat Tulikup, ia ikut mempromosikan batu bata Tulikup kepada beberapa pemborong.
“Kebetulan saya juga pemborong, sehingga agak lebih mudaj mempromosikan kepada rekan rekan pemborong,” jelasnya. Dari beberapa upaya yang dilakukan, masyarakat sudah kembali menggunakan bata tulikup untuk membangun, terutama bangunan stile Bali. Sehingga, pemasaran bata Tulikup sudah mulai meningkat dan tidak ada lagi stok yang menumpuk.
“Kami terus mendekati orang yang membangun, agar menggunakan bata Tulilkup. Sekarang ini order sudah banyak,” jelasnya. Gusti Winata yang akrab disapa Ngurah Mambo ini, tidak ingin warga Tulikup yang 30 persennya merupakan pengrajin batu bata, kehilangan pekerjaan. “Syukur, sekarang pemasaran bata tulikup sudah lancar kembali, beberapa proyek sudah menggunakan bata tulikup,” tandasnya. (*)